Minahasa – Institusi Pengadilan Negeri (PN) Tondano tuai sorotan dari masyarakat, terkait sejumlah persidangan yang kerap ditunda berkali-kali dengan alasan yang dinilai tidak mendasar.
Sejumlah warga mengaku kecewa karena jadwal sidang tidak berjalan sesuai undangan. Bahkan tak jarang diumumkan pembatalan sidang tanpa alasan jelas.
“Torang datang jauh-jauh hanya untuk jadi saksi, tinggal kerja di kebun, tapi tiba-tiba sidang batal. Dari jam 09.00 pagi sampe sore, ternyata tidak jadi. Torang rakyat bukannya dihargai,” keluh Opa Oce (72), warga Minahasa Tenggara, Kamis (18/9/2025).
Kekecewaan juga dirasakan kalangan jurnalis. Saat sejumlah wartawan hendak mengkonfirmasi persoalan ini, Ketua PN Tondano, Erenst Ulaen SH, MH, justru memilih menghindar dan masuk ke ruangannya tanpa memberikan keterangan.
Tindakan tersebut menuai kritik, salah satunya dari Ketua Aliansi Wartawan Minahasa (AWAM), Jeffry Uno.
“Kami menilai integritas PN Tondano patut dipertanyakan. Kalau begini, kesannya Ketua PN alergi wartawan,” tegas Uno.
Sorotan juga datang dari wartawan senior di Minahasa, Ronny Sepang, dimana adanya pembatasan ruang kerja pers dalam melakukan peliputan dalam hal pengambilan gambar maupun perekaman video.
“Ketua PN harus sadar bahwa pers adalah mitra kontrol. Sikap menutup diri justru memperburuk citra pengadilan,” tegasnya.
Menanggapi hal tersebut, Humas PN Tondano, Dominggus Paturuhu SH, MH, mengatakan setiap kegiatan yang dilakukan sesuai dengan aturan.
“Penundaan persidangan merupakan kewenangan dari majelis hakim. Untuk pengambilan foto dan video tidak dilarang tetapi harus meminta ijin dahulu kepada majelis hakim,” terang Dominggus.
Ia juga meminta maaf apabila ada hal-hal yang membuat ketidaknyamanan ini, akibat dari kesibukan dan jadwal yang padat dari Ketua PN sehingga belum sempat diwawancarai oleh pers.
“Kedepannya kami berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan dan apa yang menjadi aspirasi dari media akan kami tindak lanjut,” terang Humas PN Tondano.
